ENERGISLOT.NET — Kuliner Jakarta legendaris kali ini berada di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat namanya Ketan Susu Kemayoran yang buka 24 jam
Seporsi ketan hangat beserta taburan kelapa dan susu, ditambah gorengan yang renyah saat masuk ke dalam mulut, menjadi primadona semua kalangan yang mampir di kedai kecil sejak 1958 ini.
Ketan Susu Kemayoran atau Tansu Kemayoran, begitulah panggilan akrabnya di telinga masyarakat.
Berada di sebuah gang sempit yang hanya bisa dilewati dua motor, Tansu Kemayoraan tak pernah sepi pembeli.
Hendak datang pada jam berapapun, pembeli harus siap berburu tempat atau sedia bergeser apabila pembeli lainnya datang.
Terlebih, jika anda datang pada jam-jam pulang kerja, mulai dari pukul 16.00 WIB hingga 20.00 WIB, sudah dipastikan akan sulit mendapatkan tempat duduk.

Pasalnya, Tansu Kemayoran buka selama 24 jam sejak 65 tahun silam, dan cita rasanya tak pernah berubah, meskipun sudah berganti dari tangan ke tangan.
Sanusi (40), salah satu cucu H. Sudrat, sang pencetus Tansu Kemayoran bercerita, mulanya sang kakek berjualan dengan cara berkeliling.
Hingga akhirnya, ia menemukan pangkalan di daerah Kemayoran, tepatnya di Jalan Kemayoran Gempol, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat atau di seberang Polres Metro Jakarta Pusat.
Sampai saat ini, tak pernah selangkah pun pangkalan Tansu Kemayoran bergeser.
Meskipun pelanggannya sudah menjamur hingga kerap kali memakan bahu jalan, lantaran ruang gerak yang sempit.
“Pertamanya itu tahun 1958, yang nyetusinnya kakek saya, H. Sudrat. Dulu katanya keliling muter-murer lapang, terus ya ketemu pangkalan, habis itu menetap di sini,” ujar Sanusi saat ditemui di Tansu Kemayoran, Jalan Kemayoran Gempol, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (5/2/2023).
Sanusi bercerita, mulanya panganan ini diperuntukkan bagi mereka dengan ekonomi menengah ke bawah, seperti buruh, petani, hingga tukang becak.
Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kelas menengah ke atas hingga pejabat pun kerap mampir untuk mencicipi makanan legendaris ini.
“Dulu awalnya sasaran penjualannya untuk menengah ke bawah, dulu ada tukang becak, buruh pabrik, kalau sekarang kebanyakan anak muda, milennial,” ujar Sanusi.
Bagaimana tidak, penyajian ketan yang pulan dan legit dengan taburan kelapa serta kental manis sebagai topping, menambah kelezatan dalam satu kali suapan.
Terlebih, jika disajikan saat masih hangat.

Uniknya, proses pembuatan ketan tersebut dibuat langsung secara dadakan di tempat itu juga.
Sehingga kerap kali, harum semerbak dari ketan yang baru matang dan keluar dari tungku perapian, membuat perut merengek keroncongan.
Dalam satu kali memasak saja, Sanusi bisa mengeluarkan satu bakul besar untuk para pembeli, dan itupun bisa habis dalam sekejap.
“Kami kan 24 jam nonstop, karyawannya gantian. Masaknya juga di sini semua,” ujar Sanusi.
“Jadi kami masak, matang, langsung ditaruh di bakul, langsung dilayanin ke pembeli,” imbuhnya.
Ada tiga jenis gorengan yang paten disajikan di tempat ini, di antaranya tempe goreng, pisang goreng, dan singkong goreng.
Ketiga jenis gorengan tersebut biasanya akan disusun menggunung tak beraturan, sehingga pembeli bisa memilih dan mengambil sendiri sesuai jumlah yang diinginkannya.
Baru nanti di akhir, Sanusi atau rekannya akan mengakumulasi harganya.
“Biasanya ramai pukul 19.00 WIB, kalau jam-jam 17.00 WIB, banyak karyawan pulang, ramai lagi nanti pukul 22.00 WIB sampai 01.00 WIB,” kata Sanusi.
Tak heran jika panganan sederhana namun mengenyangkan ini digandrungi semua kalangan.
Sanusi berujar, dalam sehari, dirinya dan karyawan lain bisa menghabiskan dua karung beras ketan, 150 potong tempe, 29 sisir pisang, dan lebih dari dua karton kental manis kaleng.
Selain itu, harganya yang murah dan pas di kantong, menjadi alasan Tansu Kemayoran ini tetap eksis dan tak lekang dimakan zaman.
“Ketan per-porsi Rp. 6.000, itu sudah pakai kelapa parut dan susu, semuanya. Gorengan Rp 1.000, tempe, pisang, singkong, harganya sama,” jelas Sanusi.
Sanusi menambahkan, panganan tersebut bahkan pernah dijual Rp 500 – Rp 600 se-porsinya.
“Atau mungkin bisa sama orang tua dari dulu, Rp 100,” jelasnya.
Pria berbaju putih itu mengatakan, konsep ketan susu sebenarnya tidak dari dulu. Awalnya hanyalah ketan kelapa tanpa memakai susu.
Namun, konsep penyajiannya sama dengan saat ini, yakni menggunakan gorengan dan kelapa sebagai taburan ketan.
“Dulu bukan Tansu namanya, ada gorengannya juga sama, tapi cuma ketan kelapa,” jelasnya.
Memang diakui Sanusi, Tansu Kemayoran disajikan dengan sangat sederhana.
Namun karena usianya sudah tua dan terkenal, maka banyak orang yang datang untuk membuktikan kelezatannya.
Sementara itu, pantauan Wartakotalive.com di lokasi, silih berganti pembeli datang untuk mencicipi panganan satu ini.
Kebanyakan dari mereka merupakan karyawan yang tengah sarapan atau mengganjal perut seusai bekerja.
Para pembeli nanti akan diarahkan untuk masuk sedikit ke dalam gang, kemudian bertemu dengan salah satu karyawan di seberang tungku masak, untuk mengambil sepiring kecil ketan susu.
Kemudian, pembeli disilahkan untuk mencari tempat duduk yang kosong dan mengambil gorengan sesuai keinginan, tapi jangan lupa dicatat atau diingat-ingat ya, agar tidak salah perhitungan.
Selain itu, ada berbagai minuman yang ditawarkan salah satunya teh tubruk yang langsung disajikan menggunakan cerek berbahan keramik.