ENERGISLOT.COM — Mereka yang lahir di rentang tahun 1980-2000 dikenal sebagai generasi milenial. Salah satu ciri utama generasi ini adalah penguasaan gadget, teknologi komunikasi yang kuat.
Sayangnya, mereka juga lebih banyak berada di ‘balik meja’. Kurangnya waktu membuat mereka kurang menjalani aktivitas fisik di tempat kerja.
Survei yang dilakukan Herbalife Indonesia yang diberi tajuk Millenials at Work Survey Asia Pasifik mengungkapkan bahwa para pekerja muda di Asia sebenarnya ingin meningkatkan aktivitas fisik di tempat kerja, namun sulit untuk mewujudkannya di tempat kerja yang modern.
Country General Manager Herbalife Indonesia Andam Dewi mengatakan, di tahun 2020 yang berarti tinggal empat tahun lagi, 50 persen total tenaga kerja akan diisi oleh kalangan generasi milenial.
Sayangnya gaya hidup mereka lebih banyak di depan meja kerja. Bahkan makan pun dilakukan di depan meja kerja.
Mereka hanya menjalani aktivitas fisik yang meliputi peregangan, dan berjalan selama kurang dari 30 menit sehari. Walaupun 71 persen responden menginginkan lebih aktif lagi.
“Sebanyak 56 persen responden menyatakan kurangnya waktu adalah permasalahan utama mereka tidak dapat menjalani aktivitas fisik di rempat kerja. Padahal diperlukan kondisi yang tidak sering sakit untuk produktivitas kerjanya. Untuk itu diperlukan nutrisi yang tepat serta aktivitas fisik,” kata Andam Dewi kepada wartawan di acara Media Briefing dengan tema Milennials at Work Survey Asia Pacific’ di Novotel Hotel, Sabtu (10/10/2016).
Salah satu yang membuat ‘betah’ generasi milenial ini di depan meja kerja adalah teknologi komunikasi.
Profesor Psikiatri di UCLA Semel Institute Amerika SErikat Dr Gary Small mengatakan, teknologi membuat pekerja jadi terhibur, ada entertainmentnya, terhubung dengan orang dan bisa mempengaruhi orang lain.
Namun kalau terlalu lama di meja dan tidak bergaul, ditambah lagi tidak mengonsumsi makanan berserat, menambah risiko obesitas.
Obesitas menjadi pintu gerbang munculnya penyakit degeneratif seperti jantung, gagal ginjal dan lainnya.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah rehat dari pekerjaan rutin tersebut dan melakukan peregangan.
“Dua jam waktu yang tepat untuk rehat, karena ada kelelahan secara mental, leher juga tegang karena terlalu banyak di depan komputer. Walaupun toleransi orang berbeda-beda, tapi gunakan waktu untuk istirahat dulu,” kata Small.
Terlebih bagi pekerja yang berusia lebih muda lagi ketika di depan komputer sudah tidak bisa mendengar di lingkungan sekitar, susah berteman, dan tidak menyahut ketika ditanya, penggunaan teknologi sudah harus dikurangi.
Dengan menyeimbangkan olahraga, berhenti merokok, mengonsumsi nutrisi yang tepat, pekerja yang jatuh sakit menjadi berkurang, insiden pekerja yang dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) juga berkurang.